Kamis, 24 Juni 2010

Status Vs Aksi

Akhlak merupakan perilaku yang sudah tertanam dalam diri manusia yang mencerminkan kepribadian seseorang, setiap orang dituntut mempunyai akhlak yang baik. Terlebih lagi sebagai santri, sudah sepatutnya akhlak kita harus mengacu pada syariat islam yang berpedoman pada Al Quran dan Sunah.

Menurut survey yang dilakukan oleh anggota El-Qalam, dalam tiap perilaku santri selalu saja ada kesalahan di mata masyarakat. Ketika Crew El-Qalam mewawancarai masyarakat, banyak hal yang mereka kemukakan soal santri Al-Ihsan itu sendiri “ Santri Al-ihsan itu suka pacaran, ya walaupun gak semuanya gitu, ditambah lagi kelakuannya gak sopan ya gak pantes aja orang yang tau tatakrama tapi kelakuannya kayak gitu”ujarnya. Dilihat dari situasi tersebut mengundang berbagai macam pertanyaan, diantaranya bagaimanakah santri yang baik (ideal) itu?

Berdasarkan hasil Survei, para reporter El-Qalam akhirnya menemukan sebuah jawaban mengenai pertanyaan di atas. Santri yang ideal menurut penuturan salah seorang santri yang berasal dari wilayah Balong Boy memaparkan “Kalo menurut saya santri yang baik itu mempunyai kesadaran dan taat pada peraturan, soalnya susah kalo santri gak sadar-sadar mah walau peraturan seketat apapun, yang menjadi masalah bagaimana cara menyadarkan masalah santri tersebut, mungkin langkah awal kita sekarang mah mulai aja dari diri kita sendiri ya…. terus kita ajak orang lain” ungkapnya serius.

Di sisi lain, ketika Crew El-Qalam menemui Pimpinan Ponpes Al-Ihsan berkata:”Bapak ingin mempunyai santri yang shaleh ,dari berbagai aspek, yaitu shaleh akalnya, hati, prilaku, atau biasa diistilahkan santri yang mempunyai kecerdasan, baik kecerdasan spiritual, emosional, dan intelektual. Namun, sejauh ini saya kira sekitar 80 – 90 % santri sudah bisa dibanggakan atau sedikitnya sudah mempunyai criteria tersebut “.ujarnya sambil tersenyum.

Dari semua pemaparan terlebih pemaparan yang diungkapkan oleh masyarakat, sebaik apapun komunitas yang ada di wilayah santri pasti ada sebagian yang memiliki sifat di luar perilaku seorang santri. Untuk mengantisipasi hal tersebut pimpinan pesantren mengemukakan pendapatnya “ketika ada santri yang melanggar peraturan pesantren maka langkah yang pertama yang akan dilakukan adalah diingatkan atau diberi teguran masal, jika ada santri yang tidak mengaji maka santri tersebut dicatat namanya kemudian diberi nasihat, kalau dengan nasihat masih saja melanggar maka di beri pilihan antara melanjutkan tinggal di pesantren atau pindah tempat dan ketika ada moment besar maka akan diberikan pengarahan agar tidak menyimpang dari aturan pesantren”. Ujar beliau dengan wajah penuh harap.

Timbul lagi sebuah pertanyaan, sejauh manakah peranan santri bagi masyarakat? Melihat banyaknya opini yang beredar di kalangan masyarakat luas bahwa santri masa kini tidak seperti dahulu, baik dalam sisi akhlak maupun semangat menuntut ilmu terutama peranan dalam masyarakat. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang masyarakat “Santri zaman sekarang memang aneh, dari pagi sampai pagi lagi mereka menuntut ilmu tapi tidak ada penyaluran kepada masyarakat disekitarnya”. katanya dengan wajah agak kesal.

Sementara, di sisi lain seorang santri sekaligus mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung memaparkan bahwa dia siap terjun langsung ke masyarakat. Dia juga memaparkan ketika kita telah memiliki ilmu, maka amalkanlah ilmu itu. Jika tidak, ilmu itu akan pakum dan seolah tidak memiliki daya guna. Seorang santri lain pun menambahkan bahwa dia akan siap bila harus terjun ke masyarakat, meski pada awalnya dia merasa ragu. Akan tetapi, dengan kesungguhan mencari ilmu dalam mengaji, maka kita pun bisa terjun ke masyarakat tanpa embel-embel nama lain sebagai santri-santrian.

Pak Haji yang merupakan sapaan akrab dari Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ihsan, Tantan Taqiyudin Lc memaparkan hal yang bertolak dengan masyarakat “sampai saat ini santri dengan masyarakat sudah dapat dikatakan berbaur dalam artian sudah ada peran santri di masyarakat, seperti mengadakan baksos, dan bahkan ada juga masyarakat yang mengikuti pengajian subuh santri. Namun, pak haji menginginkan baksos ke masyarakat seperti bersih-bersih jalan, bisa sering atau bahkan rutin dilakukan supaya antara santri dan masyarakan lebih akrab lagi” ucapnya.

Dari semua wawancara yang dilakukan di atas, ada sedikit ganjalan mengenai konstribusi santri pada masyarakat, akan tetapi apa yang membuat penyaluran pengetahuan santri kepada masyarakat bisa terhambat??? Hal ini merupakan tanda tanya besar yang sebenarnya bisa dijawab oleh OSPAI sebagai suatu media yang bisa menyalurkan aspirasi santri, karena para santri pun seolah telah siap untuk membuktikan segala kemampuan yang dimiliki mereka meskipun semuanya sangat terbatas mulai dari mengisi pengajian di majlis-majlis ta'lim khususnya di Cibiru Hili.(Susi, Rara)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar