Kamis, 24 Juni 2010

Diskusi Kontroversial "Valentine Day"



Jumat, 14 Februari 2009, bertepatan dengan hari yang selalu dikagumi para remaja Indonesia, Al-Ihsan mengadakan debating bersama dua orang pakar cinta yaitu A Ucup dan A Ramdan Juniarsyah yang juga merupakan mantan Presiden Republik Al-Ihsan dengan seorang moderator yang tak kalah menghebohkan A Heru, S, SosI. Moderator menyeting acara seperti Kick Andi sehingga acara semakin menarik, A Ucup berperan sebagai orang yang kontra dengan adanya hari yang dinamakan dengan Valentine Day, sedangkan A Ramdan berperan sebagai orang yang pro terhadap hari perayaan Valentine.

Acara semakin menarik setelah A Ramdan memberikan penjelasan mengenai sejarah terjadinya Valentine Day yang akhirnya memberikan kesimpulan bahwa A Ramdan mengundurkan diri dari orang yang termasuk pro pada valentine. “ merayakan Hari pahlawan, kartini, adalah hal yang dibolehkan untuk semua orang, kenapa? Karena itu adalah hari perayaan umum yang tidak ada sangkut pautnya dengan tauhid, sedangkan valentine adalah hari kasih sayang yang jika kita telusuri pada mulanya valentine merupakan hari raya ummat non Muslim” jelas A RaJu panjang lebar.

Valentine, pada awalnya merupakan acara keagamaan kaum Romawi, di mana pada tanggal 13-18 mereka merayakan untuk menyembah para dewa. Akan tetapi pada tanggal 13-14 para pemuda Romawi berkumpul, kemudian para pemudi romawi menuliskan nama mereka dan memasukannya ke dalam botol. Setelah itu para pamuda bergiliran untuk mengambil secara kocok nama yang ada di dalam botol tersebut. Setelah dapat pemuda dan pemudi tersebut pergi dan melakukan hal-hal yang terlarang dalam Islam. Pada tahun-tahun berikutnya Inggris secara langsung menguasai bangsa sehingga hari ummat Romawi pun digunakan oleh inggris sebagai hari gereja atau Valentine Day guna menghormati seorang Pastur bernama Santo Valentine yang meninggal pada tanggal 14 Februari. Sehingga secara tidak langsung jika kita berani mengikuti acara yang dilaksanakan oleh non Muslim, kita pun akan termasuk ke dalam golongan tersebut “man Tasyabbaha bi Qoumin fahuwa minkum”.

Perayaan kasih sayang? Tidak ada yang salah dengan perayan ini selama masih di dalam koridor Islam, tetapi yang menjadi perdebatan adalah sejarah di balik hari kasih sayang yang telah dijelaskan di atas dan cara para pemuda untuk merayakan hari ini. Jika hari kasih sayang dihiasi dengan saling berbagi antara orang yang mampu dengan yang tidak mampu, bersilaturrahmi dan saling memaafkan antar sesama bukan justru mengumbar aurat bagi kaum laki-laki ataupun perempuan, berikhtilath dengan yang bukan mahram, bahkan sampai melakukan hal yang mendapat laknat dari Allah maka perayaan ini sah-sah saja. Dan jangan lupa perayaan kasih sayang antar sesama bukan hanya tanggal 14 Februari akan tetapi kapan pun dan di mana pun Allah selalu memerintahkan kita untuk senantiasa menebarkan kasih sayang di muka bumi ini.

( Sri Susilawati, Nur Annisa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar