Dari tahun ke tahun pergantian presiden dan kabinetnya telah menjadi tradisi politik di Pondok Pesantren Al-Ihsan. Pemilu Raya Santri (PRS) adalah hal terpenting dalam perubahan tatanan pemerintahan OSPAI. Suara masyarakat Al-Ihsan merupakan komponen pokok untuk menentukan masa depan Al-Ihsan selanjutnya, maka dari itu pada hari Selasa (0112’09) malam, ratusan santri berdesakan di aula Ponpes Al – Ihsan. Mereka terlihat sibuk bergantian keluar masuk aula guna ikut berpartisipasi menyalurkan hak pilih sebagai santri dalam pemilihan presiden “ Pemilu Raya Santri” masa periode 2009 – 2010. ”Moment ini sangat penting tentunya, kita jangan asal milih, soalnya presiden baru akan membawa Al-Ihsan kearah yang lebih baik, so saya akan memilih calon presiden yang saya anggap punya basic pesantren yang kuat”, Ujar salah satu santri Aspi satu.
Proses pemilihan terbilang efektif dilihat dari cukup singkatnya waktu yang terpakai. Kedua calon sama-sama mempunyai potensi yang luar biasa sehingga kalau diunggulkan, dilihat dari seluruh aspek sangat sulit. Berdasarkan hasil perhitungan suara, dari 392 santri yang memilih, Aab Abdul Wahab muncul sebagai presiden terpilih tahun ini dengan unggul 170 suara dibandingkan Elan Jaelani Siddiq yang mendapat 163 suara, selebihnya terdapat 59 suara tidak sah. Panitia PRS mengungkapkan bahwa suara yang tidak sah itu disebabkan banyak santri yang mencontreng di luar kotak atau melebihi kotak, sedangkan di sana (kartu pemilihan suara-red) sudah dicantumkan peraturannya bahwa bila mencontreng di luar garis dianggap tidak sah. Hal tersebut berlawanan dengan apa yang diungkapkan oleh Sandi, gubernur Aspa satu. Ketidaksahan tersebut dikarenakan peraturan tidak jelas sehingga pemilih (santri-red) kurang mengerti bagaimana mencontreng yang benar. Selain itu juga tidak ada peraturan yang tertulis tentang kriteria pecontrengan yang sah dan yang tidak sah. Hal itu disebabkan kurangnya sosialisasi panitia terhadap santri, dan panitia kurang begitu siap dalam proses Pemilu Raya Santri.
Pemilu Raya Santri (PRS) ini disambut dengan antusiasme santri yang begitu tinggi, walaupun mereka rela berdesak-desakan menunggu antrian tapi hal tersebut tak mengurangi semangat mereka untuk ikut andil dalam pemilihan presiden ini. Hanya saja ada satu hal yang dirasa kurang meriah dalam acara pemilihan tersebut. “Pemilihannya kurang seru..! ga rame gitu…! Ga ada cinderamatanya…! Hehe..” tanggapan Dini Nurdiniyati, salah seorang santri yang mengikuti pemilihan. Akan tetapi dari sekian banyak kekurangan, banyak pula hal yang menjadi harapan. “Mudah-mudahan presiden yang terpilih akan menjalankan tugas pemerintahan menjadi lebih baik. Dan mudah-mudahan dia adalah pilihan terbaik sehingga tidak ada rasa ‘kaduhung’ di hati para santri yang memilihnya.” Lanjutnya. Hal tersebut senada dengan apa yang di ungkapkan salah satu santri Aspi dua “Coba lebih bagus dari kemarin jangan lupa pertanggungjawabkan visi dan misi, yah kalo bisa terus melakukan yang terbaik untuk santri, Pak Haji dan Al –Ihsan dan satu lagi, sosialisasi dengan santrinya harus kuat ” tukas mahasiswi jurusan HPI yang bermarkas di kamar Madinah ini.
Selain itu, yang menjadi harapan banyak santri dari pemerintahan OSPAI sekarang adalah mengenai Perfect Education. Mulai dari penjadwalan sampai pada kualitas mengaji para santri. “Ngalogatna..!” tambah seorang santri dengan bahasa dan logat Sunda yang khas. “Jangan sampai para Ustadz memperdulikan dan memperhatikan santri yang bisa membaca kitab saja akan tetapi santri yang lain, apalagi santri yang baru pesantren menjadi tidak mengerti bagaimana cara ‘ngalogat’ itu..” lanjutnya.
Lain pendapat santri, lain pula pendapat pimpinan pondok pesantren Al-Ihsan yang kerap dipanggil Pak Haji ini, beliau memaparkan bahwa pemilu kali ini berlangsung secara tertutup, bebas, dan rahasia. Karena begitu rahasia, sampai tidak ada seorangpun yang mengetahui, termasuk istrinya sendiri. Papar bapak dari tiga orang anak ini ketika diwawancara di rumahnya. Beliau juga berharap presiden kali ini lebih baik dari presiden sebelumnya, yaitu selain memahami ajaran Islam juga dapat merealisasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menjembatani antara pimpinan (pondok pesantren-red) dengan santri, sekalipun santri Al-Ihsan didominasi oleh mahasiswa, tetapi predikat santri akan selalu menempel pada dirinya, sehinga sudah sepantasnya tradisi kesantrian selalu dihidupkan dan lebih ditingkatkan lagi. Seperti; pengajian, berjama’ah, kebersihan, keamanan, kesejahteraan.
Sebelum mengakhiri wawancara, ia memberikan amanat “Tingkatkanlah prestasi, tradisi kesehatan dan rubahlah wajah pesantren agar kesan yang dilontarkan sebagian pihak dapat hilang, seperti: pesantren kotor, kumel, berantakan, jorok, budugan, dsb. Sehinga berganti wajah menjadi pesantren idaman yang diinginkan semua orang, beliau juga berharap seluruh santri dapat mengaji, karena bukan santri kalo tidak bisa mengaji.” Ujarnya menutup pembicaraan.
Akhirnya malam itu menjadi awal dari sejarah untuk kabinet yang mengusung tema “Intelektual Progressif” ini, Ketika ditemui Crew El-Qalam, Aab Abdul Wahab yang merupakan presiden terpilih ini memaparkan bahwa tujuan ia mengambil tema “Intelektual Progresif” ini diharapkan seluruh santri memiliki intelektual yang luas tentang keislaman itu sendiri, dengan adanya pemahaman yang luas maka munculnya keinginan untuk mengaplikasikannya bahkan membentuk karakter santri. Selain itu juga, diharapkan kabinet tersebut dapat menggerakan seluruh santri untuk senantiasa mengikuti pengajian yang telah dijadwalkan, dengan harapan semua santri bisa membaca kitab. Kemudian kabinet ini dapat difungsikan sesuai dengan Job-nya masing-masing. Sehingga dengan adanya penempatan tersebut kita bisa melaksanakan yang telah direncanakan. Jangan sampai ada program yang tidak ter-landingkan. Dan saya berharap kepada seluruh elemen-elemen untuk bekerja sama dalam membangun Al-Ihsan ini, sebab hanya dengan kerjasamalah kita bisa membangun sebuah program dalam sebuah organisasi.
“Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh santri yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk meneruskan dan memperjuangkan Al-Ihsan supaya sebih baik. Semoga saya bisa menjaga amanat yang telah dibebankan kepada saya”. Ucap pria asal Tasik ini.
Pada Selasa (18/12) seluruh jajaran pengurus pada kabinet ini resmi dilantik. Malam itu menjadi saksi ketika sumpah jabatan dibacakan oleh Pimpinan Pondok dan diucap ulang oleh para pengurus. Inilah yang menjadi tonggak awal keprofesionalan dan loyalitas seluruh pengurus dalam memberikan yang terbaik untuk pesantren. Menjalankan roda pemerintahan bagaikan seorang driver yang menjalankan mobilnya dengan start, stir, dan setor. Memulai kepengurusan dengan mengemudikan stir sebaik-baiknya agar bisa mendapatkan setoran (hasil) yang maksimal. Itulah yang menjadi harapan seluruh tatanan pondok pesantren Al-Ihsan untuk perbaikan di masa mendatang dengan khidmat dari para pengurus OSPAI pusat sampai OSPAI wilayah bahkan santri seluruhnya. Dari kita untuk kita. Mungkin, itulah kalimat yang cocok sebagai niat dan langkah awal kinerja para pengurus OSPAI.
Tim liput: Nurannisa, Sri Susilawati, Eulis T S, Zakaria, Suci, Neneng N, Rani A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar