Minggu, 27 Juni 2010

GEBRAKAN BARU MENDIK KAGETKAN WARGA AL-IHSAN

Bandung (El-Qalam)

(26/06) Pondok Pesantren Al-ihsan yang bertempat di Jl. Cibiru hilir no.23 Cileunyi mengadakan acara penutupan pengajian intensif. Program ini merupakan salah satu program kerja Departement Pendidikan OSPAI Pusat yang kini menjadi sebuah tradisi yang tak pernah lekang di setiap tahunnya. Sebelum menginjak liburan semester, santri diwajibkan untuk mengikuti pengajian ini hingga selesai. Biasanya pengajian intensif ini di laksanakan 10-15 hari. “ Ya, tujuannya untuk memanfaatkan waktu saja, dari pada liburan di manfaatkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat mendingan kita isi dengan pengajian” ungkap Pak Haji, pimpinan Pondok Pesantren Al-ihsan. Pengajian intensif kali ini di mulai sejak 17 hingga 25 Juni 2010, acara penutupan ini dimeriahkan oleh Talkshow “Ada apa dengan OSPAI?”, 1800 Detik menjelajahi Al-Quran, dan nonton bareng Film “Gie”. Acara di mulai dari pukul 16.00-17.45 dan di sambung setelah magrhib hingga selesai.

Ada warna yang berbeda dalam pekan pengajian intensif kali ini, yakni santri tidak hanya di tuntut untuk mengikuti pengajian intensif secara maksimal namun di wajibkan juga untuk mengikuti ujian mata pelajaran yang telah di aji selama di Pondok Pesantren. Santri yang hanya di wajibkan mengikuti pengajian, kini di tuntut untuk menjalaskan apa yang telah ia pelajari dalam ujian tersebut. Gebrakan baru dari Aulia Ramdan, menteri pendidikan kabinet “Intelektual Progressif” ini menuai respon yang beragam. Ada beberapa santri yang senang, kaget, takut, atau bahkan mengeluh. Sebut saja Siti Masithoh atau yang akrab di sebut “Itoh”, ia mengungkapkan sedikit keberatan atas diadakannnya ujian ini,” Saya kan baru pertama mondok, masa udah di test kayak gini, membaca kitab gundul kayak gini” ungkapnya sambil mencoba memahami kitab yang akan di ujikan. Pasalnya ujian ini wajib dilaksanakan oleh seluruh santri, tanpa terkecuali. Baik yang pernah mondok sebelumnya atau belum. Tidak hanya itu, santri yang tidak bisa mengikuti ujian karena suatu halangan di wajibkan mengikuti ujian susulan layaknya ujian di kampus. Namun ada beberapa santri yang merespon positif program ini “ Ya baguslah, supaya kita tidak terlalu nyantai, jadi ada tuntutan harus bisa gitu” celetuk Zaidah, mahasiswi jurusan Bahasa dan Sastra Arab ini. Hal senada di ungkapkan pula oleh Anis, mahasiswa PAI semester 6 “ Kalo menurut saya mah bagus banget, karena jadi motivasi, walaupun awalnya jadi beban” ucapnya serius.

Tak hanya itu, Departement Pendidikan pun memberikan penghargaan kepada santri-santri yang berprestasi dari tiap kelasnya. Untuk Juara 1 hingga ke 3 dari kelas 1 diraih oleh F. Ika Ningrum, Siti Asiah, dan Ihsan. Sedangkan dari kelas 2 yakni Aep Saepullah, Neneng Muslimah, dan Alfi Al-fathoni. Dan dari kelas 3 yaitu Siti Nurjannah, Aulia Ramdan, dan Dani Suwandi. Dan Penganugerahan title santri teladan 2010 di raih oleh Sandi Nurjaman.

Usaha Departement pendidikan ini patut di acungi jempol. Bagaimana tidak, penyuguhan pendidikan kali ini di kemas dengan berbagai cara hingga mencambuk santri untuk makin giat mengikuti pengajian, sesuai dengan misi Aab AbdulWahab, presiden OSPAI 2009-2010 ketika verifikasi capres (kampanye) “Misi saya tidak macam-macam, hanya ingin menumbuhkan kesadaran santri akan pentingnya pengajian, sehingga membuat pengajian itu merupakan suatu kebutuhan bukan lagi tuntutan kewajiban” Ucapnya santai. (Ratna)

Kamis, 24 Juni 2010

FLP Gelar Bedah Buku "Muhammad, Lelaki Penggenggam Hujan”


10 April 2010, Forum Lingkar Pena (FLP) Jatinangor mengadakan acara Open Recruitment sekaligus bedah novel “ Muhammad, Lelaki Pengenggam Hujan” Karya Taufiq Saptoto Rohadi atau yang akrab di panggil Mas Tasaro, novel fenomenal ini sungguh menakjubkan, karena di dalamnya memuat tentang sirah-sirah nabi namun di kemas dalam bentuk yang berbeda. Shirah Nabawiah dituliskan berdasarkan fakta-fakta sejarah yang seringkali kaku karena bersikap deskriptif-naratif berdasarkan laporan kesejarahan sehingga fakta-fakta sejarah Rasulullah terkesan “berjarak” dan tidak memiliki kehangatan. Dengan novel terbarunya ini Tasaro berhasil memecah jarak yang seringkali terdapat dalam shirah-shirah rasul tersebut sehingga membuat si pembaca semakin merasa dekat dengan sosok Nabi Muhammad,

Buku yang melejit setelah novel “Galaksi Kinanti” ini dikerjakannya selama kurang lebih 6 bulan “Saya pernah stuck mengerjakan novel ini, bukan mandeg dalam imajinasi tapi saya sempat berpikir pantaskan saya menulis buku ini dengan segenap pengetahuan yang saya punya, karena saya tidak pernah pesantren dan saya bukan seorang tokoh agama, dengan cara berdiskusi dan membaca banyak buku referensi tentang Nabi Muhammmad akhirnya tekad saya untuk menerbitkan buku ini kembali mengalir dan keraguan saya pun hilang” ucap pria yang mempunyai satu putera ini ketika di temui Crew El-Qalam selepas acara.

Acara yang berlangsung di FSBJ UNPAD Jatinangor ini dihadiri oleh Dewan Pertimbangan FLP yakni M. Irfan Hidayatullah. Selain itu beliau juga memberikan hadiah bagi para pemenang lomba cerpen yang telah diselenggarakan oleh FLP Jatinangor.

Tak hanya itu, Acara bedah novel ini dilengkapi pula dengan sajian musikalisasi puisi dari Forum Lingkar Pena (FLP) Pusat Bandung yang dipimpin oleh Kang Adew dan kru-nya, sajian musikalisasi puisi yang dibawakan oleh mereka cukup mengundang decak kagum penonton yang berjumlah kurang lebih 100 orang ini. Acara diakhiri dengan muhasabah yang diiringi dengan music Kitaro, tak sedikit orang yang meneteskan air mata ketika sesi muhasabah berlangsung.

Ketua FLP Jatinangor, Fatih Beeman menuturkan bahwa biasanya acara bedah novel diselenggarakan ketika ada buku-buku anggota FLP yang terbit, “Alhamdulillah, sekarang sudah banyak anggota FLP yang menerbitkan bukunya seperti Asma Nadia, Mutmainnah, dan masih banyak lagi yang lainnya. FLP Jatinangor yang sempat vacum kini bisa bangkit lagi” ucapnya mengakhiri pembicaraan. (Ratna, Nurannisa)

Ket Foto: Kru El-Qalam berfoto dengan Mas Tasaro (penulis buku Muhammad, Lelaki Penggenggam hujan) beserta istrinya, dan Fatih Beeman (ketua FLP Jatinangor)

Diskusi Kontroversial "Valentine Day"



Jumat, 14 Februari 2009, bertepatan dengan hari yang selalu dikagumi para remaja Indonesia, Al-Ihsan mengadakan debating bersama dua orang pakar cinta yaitu A Ucup dan A Ramdan Juniarsyah yang juga merupakan mantan Presiden Republik Al-Ihsan dengan seorang moderator yang tak kalah menghebohkan A Heru, S, SosI. Moderator menyeting acara seperti Kick Andi sehingga acara semakin menarik, A Ucup berperan sebagai orang yang kontra dengan adanya hari yang dinamakan dengan Valentine Day, sedangkan A Ramdan berperan sebagai orang yang pro terhadap hari perayaan Valentine.

Acara semakin menarik setelah A Ramdan memberikan penjelasan mengenai sejarah terjadinya Valentine Day yang akhirnya memberikan kesimpulan bahwa A Ramdan mengundurkan diri dari orang yang termasuk pro pada valentine. “ merayakan Hari pahlawan, kartini, adalah hal yang dibolehkan untuk semua orang, kenapa? Karena itu adalah hari perayaan umum yang tidak ada sangkut pautnya dengan tauhid, sedangkan valentine adalah hari kasih sayang yang jika kita telusuri pada mulanya valentine merupakan hari raya ummat non Muslim” jelas A RaJu panjang lebar.

Valentine, pada awalnya merupakan acara keagamaan kaum Romawi, di mana pada tanggal 13-18 mereka merayakan untuk menyembah para dewa. Akan tetapi pada tanggal 13-14 para pemuda Romawi berkumpul, kemudian para pemudi romawi menuliskan nama mereka dan memasukannya ke dalam botol. Setelah itu para pamuda bergiliran untuk mengambil secara kocok nama yang ada di dalam botol tersebut. Setelah dapat pemuda dan pemudi tersebut pergi dan melakukan hal-hal yang terlarang dalam Islam. Pada tahun-tahun berikutnya Inggris secara langsung menguasai bangsa sehingga hari ummat Romawi pun digunakan oleh inggris sebagai hari gereja atau Valentine Day guna menghormati seorang Pastur bernama Santo Valentine yang meninggal pada tanggal 14 Februari. Sehingga secara tidak langsung jika kita berani mengikuti acara yang dilaksanakan oleh non Muslim, kita pun akan termasuk ke dalam golongan tersebut “man Tasyabbaha bi Qoumin fahuwa minkum”.

Perayaan kasih sayang? Tidak ada yang salah dengan perayan ini selama masih di dalam koridor Islam, tetapi yang menjadi perdebatan adalah sejarah di balik hari kasih sayang yang telah dijelaskan di atas dan cara para pemuda untuk merayakan hari ini. Jika hari kasih sayang dihiasi dengan saling berbagi antara orang yang mampu dengan yang tidak mampu, bersilaturrahmi dan saling memaafkan antar sesama bukan justru mengumbar aurat bagi kaum laki-laki ataupun perempuan, berikhtilath dengan yang bukan mahram, bahkan sampai melakukan hal yang mendapat laknat dari Allah maka perayaan ini sah-sah saja. Dan jangan lupa perayaan kasih sayang antar sesama bukan hanya tanggal 14 Februari akan tetapi kapan pun dan di mana pun Allah selalu memerintahkan kita untuk senantiasa menebarkan kasih sayang di muka bumi ini.

( Sri Susilawati, Nur Annisa)

Sejarah Singkat Pesantren Al-Ihsan

Hai,,,hai,,,,santriawan N santriawati Al-ihsan tercinta,,

By the way, anyway, busway dah pada tau lum sejarah berdirinya Al-Ihsan? bagaimana sejarahnya hingga dapat menjadi pesantren yang besar N populer??? Masih belum tau juga? Pokoknya buat kamu yang ngaku santri malu donk ga tau sejarahnya,,pengen tau??yuk kita simak ceritanya…Yukkk,,yakkk,,yukk,,

Kapungkur, di Cibiru Hilir terdapat seorang pria yang bernama K. H. Sulaiman Abdul Majid. Beliau itu tokoh masyarakat yang kaya lho, tapi yang lebih menakjubkan itu tidak hanya itu, pria yang memiliki seorang pendamping yang bernama “Siti Khadijah” itu baik hati dan sering membantu kaum-kaum dhuafa, akan tetapi kecintaannya terhadap ilmupun membuat sosok laki-laki yang dikenal dengan sebutan Mama Ule itu banyak menyekolahkan remaja-remaja desa Cibiru Hilir ke berbagai pesantren. Karena kecintaannya terhadap ilmu juga, sosok lelaki yang selalu menebarkan kebaikan dilingkungannya ini memiliki keinginan yang besar untuk membangun sebuah pesantren selain dengan cara menyekolahkan para remaja desa Cibiru Hilir beliau juga menikahkan anak-anaknya dengan para santri berprestasi yang berasal dari pesantren Al-Jawami, sehingga pada akhirnya niat dan kerja keras beliau menghasilkan sebuah madrasah yang kemudian di beri nama As-Shibyan yang dikelola langsung oleh Mama ule beserta ketiga menentunya K. A. Ruhiat, H. Mukhtar, H. Muhyidin dan seorang putra dari desa Cibiru Hilir

Mama ule meninggal dunia pada tahun 1995, bertepatan pada pemilu pertama yang dilakukan negara Republik Indonesia. Akhirnya pengelolaan madrasah diteruskan oleh ke tiga menantunya dan seorang putra Cibiru Hilir hingga pada 1963, K.H. O.Z. Muttaqin yang juga merupakan menantu dari putri bungsu Mama Ule, ikut bermukim dan mengembangkan madrasah Ash-Shibyan di Cibiru Hilir.

Seiring berjalannya waktu, K.H. O.Z. Muttaqin yang ternyata merupakan pilar penyangga madrasah As-shibyan bersama-sama dengan para pengelola pesantren yang lain mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas sehingga anak-anak dari masyarakat sekitar di masukkan ke pesantren As-shibyan, meskipun ada sedikit kekecewaan karena tempat untuk bermukim para santri belum tersedia, sampai terkadang jika para remaja sekitar ingin belajar dengan K.H. O.Z. Muttaqin, dan K.A. Ruhiat merelakan untuk kos atau bahkan tinggal di masjid di sekitar madrasah As-Shibyan agar mereka dapat belajar pada malam hari atau pun dirumah langsung bersama dengan dua orang menantu Mama Ule tersebut.

Merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut, dengan bekal yang kuat K.H. O.Z. Muttaqin akhirnya sosok yang dikenal sangat berwibawa dan telah dikaruniai enam orang anak tersebut bias mendirikan pesantren pada tahun 1993 dengan peletakan batu pertama oleh Bapak Camat kecamatan Cileunyi yang diberi nama Muhammad Toha.

Pembangunan pesantren berjalan dengan lancar akan tetapi tidak secepat yang diharapkan, mengingat dana yang diperlukan cukup besar. Hingga ketika K.H. O.Z. Muttaqin Wafat, H. Tantan Taqiyudin, Lc yang merupakan anak sulungnya meneruskan pembangunan dengan cara membuat proposal yang ditunjukan ke berbagai lembaga yang ada di dalam ataupun luar negeri seperti kedutaan Brunei Darussalam, Kuwait dan lain-lain dalam rangka mewujudkan cita-cita suci Mama ule yakni membangun pesantren. Harapan tidak hanya sekedar harapan, karena pada akhirnya kerja keras yang dilakukan membuahkan hasil.

Sekitar tahun 1994, H. Tantan Taqiyudin, bertemu dengan Drs. Ukman Sutaryan. Beliau pun membicarakan tentang pembangunan pesantren Muhammad Toha tersebut Hingga akhirnya Drs. Ukman Sutaryan menawarkan agar pesantren Muhammad Toha berkerja sama dengan Yayasan Al-ihsan yang ia kelola dan diganti namanya menjadi pesantren Al-Ihsan.

Setelah bekerjasama dengan Yayasan Al-ihsan akhirnya pesantren Muhammad Toha yang kini dikenal dengan pesantren Al-Ihsan dapat lancar dalam hal pembangunannya, hingga saat ini pesantren Al-Ihsan berkembang dengan sangat pesat dengan delapan asrama baik putra maupun putri.

Semakin berkembangnya pesantren Al-Ihsan tidak menyebabkan pendidikan di dalamnya memudar akan tetapi pengajian rutinitas santri tetap dilaksanakan dalam upaya membentuk santri yang intelektual.

WISATA BUKU SALAMADANI

Wisata buku? Mungkin mendengar kata itu lumayan asing di telinga sebagian orang, karena biasanya kebanyakan orang mengidentikan wisata dengan kebun binatang mungkin tau tempat-tempat wisata lain yang sering di kunjungi, tapi wisata kali ini adalah wisata buku yang tidak hanya main-main tapi kita juga dapat banyak ilmu kayak gimana ya?
Wisata Buku ini diselenggarakan oleh Salamadani Publishing House (Penerbit Buku Salamadani) bekerja sama dengan Grafindo, dan percetakan Karya Kita.

Kegiatan ini ternyata memperkenalkan kita terhadap pengetahuan yang baru, yaitu pengetahuan mengenai proses sebuah penerbitan buku dari mulai pengumpulan naskah, uji kelayakan (apakah naskah tersebut layak untuk di terbitkan dan memenuhi kebutuhan pasar atau tidak), editor, layout dan proses percetakan.

Sebelumnya mungkin kita membayangkan bahwa terbitnya sebuah buku itu hanya sekejap saja, akan tetapi setelah kita mendapatkan penjelasan proses sebuah penerbitan buku lumayan cukup panjang dan memerlukan waktu yang tidak sebentar. Di Salamadani kita diperkenalkan dengan ruang redaksi yang biasa memuat tulisan-tulisan yang akan di terbitkan, tidak hanya itu tapi kami juga diperkenalkan dengan ruang percetakan dimana terdapat beberapa alat yang sebelumnya tidak kami ketahui. Seperti mesin percetakan, plat untuk buku, dan mesin-mesin lainnya dari mulai pengumpulan kertas-kertas sebuah tulisan hingga mesin pengelem jilid buku, dan penjilidan buku.
Setelahnya diperkenalkan dengan ruangan percetakan, kamipun di perkenankan untuk mengunjungi Dixy Creative (Rumah Creative Dixy) yakni sebuah tempat yang menawarkan jasa pengeditan, layout, dan desain buku. Disana terdapat beberapa ruangan yakni ruang editing, layout, dan imajinasi.
Di ruang editor, kami menemukan beberapa editor yang sedang meng-edit tulisan-tulisan yang akan diterbitkan, mereka secara teliti mengedit diksi, struktur kalimat, dan juga EYD dari sebuah tulisan dengan mempertahankan point utama penulis.

Yang kedua ruang layout, disana para layouter sibuk dengan komputernya menempatkan tulisan dan memposisikan gambar-gambar hingga hasilnya bagus dan rapi. Dan yang ketiga ruang imajinasi, disini terdapat beberapa orang yang ahli dalam menggambar, mereka memfokuskan pikiran dan tangan mereka untuk mengaplikasikan symbol dari sebuah tulisan sehingga terwakili oleh sebuah symbol ataupun gambar dan kebanyakan bagian ini adalah perancang ide untuk tampilan jilid buku.
“Pokoknya seru dech and bakalan nyesel banget kalo gak ikut” ujar Ulfah,salah satu peserta Wisata Buku ini. Ia menambahkan bahwa ia mengetahui event ini dari salah satu group di FB yakni “Salamadani Readers”.

Kurang lebih 30 orang santri yang mengikuti event yang jarang terjadi ini,”lumayan,bisa dapet ilmu dan GRATIS lagi,,he,hee”ucap Suci mahasiswa Jurnalistik ini.
Subhanallah… begitu banyak yang kita dapatkan dari wisata buku di Salamadani, disamping banyak income pengetahuan baik berupa wawasan tentang penerbitan juga wisata hati, me-refresh hati kita bersama Yusuf masyur dengan bahasannya The power of Giving (Kekuatan Sodaqoh), kita juga mendapatkan hiburan yang tidak kalah serunya yaitu pertunjukan Nasyid dari salah satu grup Nasyid yang terkenal “Tasiru”. SO Nice Dech….!!!.
( Desti, Risna )